Scroll untuk baca artikel
#
Religi

Saat Ayah Tak Kembali Lagi

265
×

Saat Ayah Tak Kembali Lagi

Sebarkan artikel ini
Google image

Wartaindonesia.org. Jenazah diusung dalam kerenda menuju pemakaman. Tiara, sigadis kecil terlihat terisak-isak disamping bundanya yang masih terkulai lemas, diusap-usap Umminya kepala Tiara “sabar ya nak, ini  takdir ayah”, ujar Ummi Tiara. Dikejarnya kerenda jenazah sambil terus memanggil-manggil “ ayah, ayah….., janganlah tinggalkan Tiara.., ayah sudah janji selalu menemani Tiara”, isak tangisnya sangat menyentuh para pelayat yang datang saat itu. Sobirin Ali jelas tertulis dipapan nisan, usia 40 tahun, meninggal Senin, 5 Januari 2024. Sebulan terakhir almarhum menderita sakit lambung akut.

Melihat iring-iringan jenazah lewat depan rumahnya, Umar Al Akbar yang duduk diteras rumah segera bangkit ikut serta dalam iring-iringan jenazah. “Ayah, mengapa begitu singkat umurmu?” ratap Tiara gadis kecil yang turut  mengikuti iring-iringan jenazah itu. Umar Al Akbar melihat Tiara bersedih, hatinya merasa tergugah. Takdir telah menentukan bahwa Tiara harus kehilangan seorang Ayah dalam usianya yang masih muda duduk dibangku kelas 3 SD.

Esok harinya, ketika Umar Al Akbar  sedang berdiri dihalaman rumah, Tiara sigadis kecil itu lewat lagi menuju makam. Tiara berlari-lari kecil sambil merguman kecil yang hampir tak terdengr serta menangis menuju makam ayahnya. Hal itu membuat Umar ingin tahu apa gerangan yang dilakukan Tiara dan  mengikutinya dari belakang. Di pemakaman, Umar melihat gadis kecil itu duduk disudut makam ayahnya sambil memagangi nisan, pipinya diletakkan diatas gundukkan tanah. Dari balik persembunyiannya Umar mengikuti apa yang dilakukan gadis kecil itu, dan ia mendengar jelas kata-kata yang diucapkan. “Ayah, malam ini engkau terbaring sendiri dikegelapan, pasti gelap dan sepi sendiri”.

“Malam kemarin saat malam tiba  lampu kamarmu Tiara yang menyalakan. Tapi sekarang, siapakah yang bisa membatumu menghidupkan lampu, dan siapa pula yang menemanimu? Ayah, kemarin aku dan Ummi yang membersihkan alas tidurmu, tapi sekarang siapakah yang menggelarkan kasurmu dan membersihkannya?, malam-malam kemarin Ummi dan aku biasa memijitimu, sekarang siapakah yang memijitimu?,” kata-katanya terdengar memilukan. Umar yang mendengarkan dari tempat persembunyiannya menjadi trenyuh. “Jika kemarin Ayah meminta makan dan Ummi yang menyediakan, apakah Ayah kemarin minta makan?, dan siapa pula yang menyediakan?, dulu Ummi selalu memasak makanan kesenangan ayah, tetapi kemarin siapa yang memasakan untukmu?”.

Tak tahan mendengar ratapan-ratapan mengharukan Tiara, Umar keluar dari persembunyiannya dan mendekati gadis itu, tak terasa air matanya menetes jatuh karena haru. “Tiara,…ratapanmu sangat menyentuhku, sungguh nak jangan lagi merapat seperti itu,” kata Umar setelah berusaha menenangkan hati Tiara. “Seharusnya ucapkanlah kata-kata seperti ini, “Ya Rabb, ampunilah dosa-dosa ayahku, lapangkanlah kuburnya, terangilah quburnya, lepaskanlah ia dari siksa qubur, terima amal ibadahnya, tempatkanlah dia disebaik-baik tempat kembali, golongkan ia pada golongan hamba-hamba-Mu yang beramal shaleh, ” nasihat Umar lagi.

Tiara terus saja mendengarkan ucapan yang diucapkan Umar. “Ayah, orang-orang alim mengatakan bahwa semua hamba ditanya tentang imannya. Diantara mereka ada yang bisa menjawab, tetapi banyak yang hanya membisu. Dan pasti Allah menghazabnya. Apakah ayah bisa menjawab atau hanya membisu?  Ayah, katanya kuburan itu bisa dibuat menjadi luas atau sempit. Bagaimana kubur ayah, luaskah ataukah menyempit?. Dan kuburan itu merupakan secuil taman dari taman surga, tetapi bisa merupakan sebuah lubang dari lubang neraka, bagaimana kuburan ayah?”. Taman surga ataukah lubang neraka?

Ayahku, katanya bahwa liang kubur bisa menghangati mayat dengan memeluknya seperti pelukan ibu terhadap anaknya, tetapi juga bisa merupakan lilitan ular yang meremukkan tulang-tulang. Bagaimana keadaan tubuh ayah sekarang ?. Ayah, orang shaleh mengatakan, orang dikebumikan itu ada yang menyesal mengapa dulu semasa hidupnya tak memperbanyak amal, justru menjadi pendurhaka, dan banyak melakukan maksiat. Ayah, apakah ayah termasuk orang yang menyesali karena perbuatan maksiat atau menyesal karena sedikit melakukan amal kebaikan?.

Kini engkau telah berpisah denganku, dan tak akan berjumpa sampai hari kiamat. Doa’ku semoga Allah tak membentangkan hijab antaraku dan engkau ya ayah.”.Nasehat Umar Al Akbar kepada Tiara sungguh menyentuh hatinya, “maafkan aku, aku tak tahu apa yang pantas diucapkan kepada jenazah dalam qubur, terima kasih ustad Umar Al Akbar,” kata Tiara, sambil meninggalkan makam ayah tercinta.

Penulis : Tauhid Ichyar

Pengurus Wilayah PERSIS

Religi

Medan-Wartaindonesia.org. Sesungguhnya langit dan bumi, beserta segala isinya…