Medan, Wartaindonesia.org – Sesungguhnya manusia itu terdiri atas jasad dan jiwa, bila jiwa dijeput maut, maka ia hanya seonggok jasad yang tak berharga. Walaupun semasa hidupnya disanjung-sanjung banyak manusia. Seorang penyair dari Mesir, Ahmad Syauqi, menegaskan “hanyalah karena jiwa dan bukan karena jasad engkau disebut manusia”.
Allah ﷻ berfirman :
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ﴿٢٧﴾ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً﴿٢٨﴾فَادْخُلِي فِي عِبَادِي
Artinya : Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Rabb-mu dengan hati yang puas lagi di-ridhai-Nya! Kemudian masuklah ke dalam (jama’ah) hamba-hamba-Ku, Dan masuklah ke dalam surga-Ku! (QS Al-Fajr 89:27-30)
Maka bila jiwa seseorang sudah kotor, ia dianggap tidak mempunyai jiwa lagi. Ia hanya mempunyai nyawa. Hanyalah jiwa dan bukan nyawa yang mampu melihat, mendengar dan memahami wahyu. Orang yang dianggap tidak lagi berjiwa itu sudah seperti hewan bahkan lebih sesat lagi.
Allah ﷻ berfirman :
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيْرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِۖ لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اٰذَانٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ كَالْاَنْعَامِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ
Artinya : Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah. (QS al-A’raf 7: 179).
Manusia sebagaimana diketahui terdiri atas wujud materi yaitu fisik dan wujud inmateri yaitu jiwa. Masing-masing mempunyai keperluannya sendiri.
Jasad memerlukan makan dan minuman, seperti kalori, karbohidrat, vitamin, serat dan lain-lain secara berimbang. Bila tidak, bisa timbul efek berbagai penyakit. Sedang jiwa butuh kebersihan qalbu, siraman rohani, berupa salat, berzakat, berinfak dan berbagai ibadah lain.
Dengan spiritual ketaqwaan yang selalu datang mengingatkan manusia akan berbagai kebaikan yang dianugrahkan sang Khalik. Keduanya bersinergi mengemban amanah sebagai khalifah.
Rasulullah ﷺ dalam doanya :
اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِى تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلاَهَا
Artinya : “Ya Allah, anugerahkanlah kepada jiwaku ketakwaan, dan sucikanlah jiwaku (dengan ketakwaan itu), Engkau-lah sebaik-baik yang mensucikannya, (dan) Engkau-lah yang menjaga serta melindunginya)” (HR. Muslim no. 2722)
Baca juga : Pembantaian Umat
Sesungguhnya manusia hendaklah menyucikan jiwanya guna menuju hidup abadi yang diridhai Allah ﷻ. Jiwa yang bersih itu disebut pula jiwa yang tenang atau al-nafs al-muthmainnah.
Allah ﷻ berfirman:
يٰۤاَ يَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ارْجِعِيْۤ اِلٰى رَبِّكِ رَا ضِيَةً مَّرْضِيَّةً فَا دْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِى وَا دْخُلِيْ جَنَّتِى
Artinya : “Wahai jiwa yang tenang!, Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku,” “dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (QS. Al-Fajr 89: 27-30)
Sesungguhnya secara fihtrah manusia berkehendak menyucikan jiwanya guna menuju hidup abadi yang diridhai Tuhan-Nya. Namun jalan itu tidak mudah didapatkan karena ayat lain menegaskan.
Firman Allah ﷻ :
۞ وَمَآ اُبَرِّئُ نَفْسِيْۚ اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌ ۢ بِالسُّوْۤءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Artinya : Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. Yusuf 12 :53).
Pada ayat ini disebutkan pada satu sisi jiwa bisa membuatnya mampu menyambut seruan Tuhan untuk bergabung dengan hamba-hamba-Nya yang lain, akan tetapi di sisi lain jiwa pulalah yang membuatnya gagal bergabung dengan mereka, artinya gagal masuk surga-Nya.
Ia malah disebut al-nafs al-lawwamah (jiwa yang tercela). Padahal semua manusia pada dasarnya diberi potensi oleh Allah ﷻ untuk memiliki jiwa yang tenang, akan tetapi kebanyakan mereka salah pilih. Konsekuensi dari pilihannya, mereka gagal sehingga merugi memilih jalan yang buruk, Neraka.
Baca juga : JPRMI Undang Koh Denis Lim di Kajian Akbar Pemuda Se-Kota Medan
Penulis : Tauhid Ichyar
Pengurus PW PERSIS Sumut