Jakarta, wartaindonesia.org – Ibadah Haji menjadi impian banyak umat Islam di Indonesia. Namun, keterbatasan biaya kerap menjadi tantangan utama. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Nusron Wahid, memberikan semangat baru bagi para petani dan masyarakat desa: dengan mengelola lahan pertanian secara maksimal dan memanfaatkan sertipikat tanah, berangkat haji bukanlah sekadar angan-angan.
“Siapa sih yang tidak ingin berangkat haji? Tapi banyak yang bingung bagaimana caranya. Nah, dengan bertani juga bisa haji, asal lahannya dimanfaatkan dengan baik dan sertipikat tanah digunakan secara produktif,” ujar Nusron dalam salah satu kesempatan menyapa masyarakat tani.
Menurut Nusron, sertipikat tanah bukan hanya bukti hukum kepemilikan, tapi juga bisa menjadi pintu pembuka kesejahteraan. Dengan sertipikat, petani dapat mengakses pembiayaan dari perbankan untuk pengembangan usaha tani, meningkatkan produktivitas lahan, hingga menjadikan pertanian sebagai sumber pendapatan yang layak bahkan cukup untuk menunaikan ibadah ke Tanah Suci.
Ia menambahkan, program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) yang digencarkan oleh Kementerian ATR/BPN bertujuan memastikan seluruh masyarakat, terutama di pedesaan, memiliki kepastian hukum atas tanah mereka. Sertipikasi ini juga menjadi fondasi penting dalam mendorong inklusi keuangan dan pemberdayaan ekonomi lokal.
“Bertani itu mulia, dan kalau dikelola dengan baik, bisa mengantarkan seseorang ke tanah suci. Ini bukan mimpi, ini realitas yang bisa kita capai bersama,” tegas Menteri Nusron.
Pernyataan ini mendapat respons positif dari banyak kalangan, terutama para petani yang selama ini belum menyadari potensi besar dari aset tanah yang mereka miliki. Dengan strategi yang tepat, lahan pertanian dapat menjadi sumber penghidupan yang tidak hanya mencukupi kebutuhan harian, tetapi juga memungkinkan untuk mewujudkan cita-cita spiritual. (RED/KS)